Sebanyak 77 DAN 354 pengikut Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar), yang dipulangkan dari Kalimantan ,tiba di Asrama Haji Donohudan, Kabupaten Boyolali, pada Senin, 25 Januari 2016.

Setelah turun sampai di asrama, rombongan pengikut Gafatar itu disambut di Gedung Jeddah untuk makan malam sekaligus menjalani proses pendataan. “Di sini mereka akan didata kependudukannya, perekaman sidik jari dan foto. Setelah itu, mereka dipersilakan istirahat di kamar-kamar yang telah disediakan.

Mobil keliling adminsitrasi kependudukan dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta dan Boyolali membaatu pendataan penduduk. Pendataan ini di koodinasi oleh Dinas Tenaga Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Tengah.

Dari 77 eks Ormas Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang sudah diperiksa di Asrama Haji Donohudan, rombongan yang dipulangkan menggunakan pesawat pada Minggu (24/1/2016),
Kepala Seksi Sistem Teknologi Informasi Dispendukcapil Kota Surakarta, Fahruddin Eka Cahyana menjelaskan, pihaknya bersama Dispendukcapil Boyolali dilibatkan dalam proses identifikasi kependudukan eks Gafatar. Dari 77 orang yang sudah diperiksa melalui pemeriksaan biometrik, sebagian dari mereka sudah teridentifikasi administrasi kependudukannya sehingga bisa dilacak daerah asalnya. Sedang sebagian lagi belum, kemungkinan karena mereka belum pernah melakukan rekam kependudukan.
Dari pengakuan 77 eks Gafatar yang sudah diperiksa, lanjutnya, mayoritas berasal dari Yogyakarta dan Sleman, yakni 46 enam orang. Sementara dari Jateng ada 23 orang, yakni Boyolali dan Grobogan masing-masing 6 orang, Cilacap 5 orang, Purworejo 3 orang, Brebes 2 orang, dan Wonogiri 1 orang. Ada juga dari wilayah Bekasi 5 orang serta dari Jakarta dan Bengkulu masing-masing 1 orang.”Tapi itu dari pengakuan mereka saja dan masih memerlukan klarifikasi dari pemeriksaan kependudukan,” tambahnya.Kasi pengelolaan analisa data informasi dan kependudukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dispendukcapil) Boyolali, Yuningtyas Tusara Wardani menambahkan, saat pemeriksaan biometrik, eks Gafatar yang diperiksa sepertinya melakukan aksi tutup mulut. Mereka hanya menjawab satu kata per pertanyaaan. Dari seluruh eks Gafatar yang diperiksa, mereka tak mau menunjukkan KTP atau identitas resmi lainnya. hanya satu keluarga saja yang mau menunjukkan KK, itupun hanya berupa foto copy.

“Misal kalau ditanya daerah asal, mereka hanya menjawab seperlunya semisal Sleman atau Cilacap saja, sebatas kabupaten tanpa menjawab secara detail alamat kampung halamannya,” ucapnya. Untuk eks Gafatar yang belum pernah melakukan rekam kependudukan, lanjut Tyas, mereka akan diberikan NIK wilayah Boyolali untuk selanjutnya diberikan Surat Keterangan Pindah Warga Negara Indonesia (SKPWNI) sebagai rekomendasi mereka kembali ke kampung halamannya